Jumat, 11 Januari 2013

program menjaga mutu


BAB II
Mutu Pelayanan Kebidanan
Bentuk Program Menjaga Mutu

A.     Mutu Pelayanan Kebidanan
      Tergantung dari unsur pelayanan kesehatan yang lebih diprioritaskan sebagai sasaran program menjaga mutu dapat dibedakan atas tiga macam:
1.  Program menjaga mutu prospektif (prospective quality assurance)


Oval: Mutu Pelayanan Sarana Yankes
 

Prinsip Dasar







Oval: Akuntabilitas pada masyrakat

 





PERIJINAN
Kelayakan untuk melaksanakan kegiatan (standar input)
AKREDITASI
Proses pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan (standar input, proses dan output/outcome)
STANDARD
Persyaratan dan criteria yang dilakukan oleh profesi terkait
SERTIFIKASI
Kompetensi seseorang atau kelayakan peralatan
Program menjaga mutu prospektif adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini, program dititik beratkan pada standar masukan dan standar lingkungan. Prinsip pokok dari program ini sering tercantum dalam banyak peraturan perundangan, beberapa diantaranya yang terpenting adalah:

-         Standarisasi (standardization)
Untuk dapat menjamin mutu dari pelayanan kesehatan, maka izin penyelenggaraan juga diberikan pada institusi yang telah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Lazimnya mencakup; tenaga kerja, organisasi, manajemen, fasilitas, peralatan.

-         Perizinan (licensure)
Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu mutu berarti mutu pelayanan selalu dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah pelayanan yang tidak bermutu, standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang lazimnya ditinjau secara berkala. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberkan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang memenuhi persyaratan

Mengapa harus ijin?
·      Fungsi pengaturan dan pengendalian pemerintah
·      Aspek perlindungan hokum
·      Kompetensi dan kewenangan
·      Mengurangi pelayanan dibawah standar
·      Memacu profesionalisme, efisiensi



Ijin Diberikan
·     Tenaga kesehatan/tenaga kerja : praktek tenaga medis, praktek bidan, ijin kerja asing. Ijin kerja malam bagi wanita dan lain-lain.
·     Institusi/sarana kesehatanàRS, balai pengobatan, rumah bersalin, apotik, laboratorium dan lain-lain
·     Penggunaan peralatan : ijin penggunaan radioaktif,, radiologi, ijin boller, ijin genset, dan lain-lain.

-         Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan, yakni memberikan sertifikat (pengakuan) kepada suatu institusi atau tenaga pelaksana yang benar-benar telah dan atau tetap memenuhi persyaratan.

-         Akreditasi (accreditation)
Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan secar bertingkat, yakni yang sesuai dengan kemampuan institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.



Tujuan


 











2.     Program menjaga mutu konkuren (concurrent quality assurance)
Program menjaga mutu konkuren adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Perhatian utama ditujukan pada unsure proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis dan non medis yang dilakukan. Program menjaga mutu konkuren ini paling sulit dilakukan karena ada faktor tenggang rasa kesejawatan. Kecuali apabila kebetulan menyeenggarakan pelayanan kesehatan dalam satu team. Atau kesejawatan (peer group) yang bertaggung jawab penyelenggaraan program menjaga mutu di institusi kesehatan masing-masing.

3.  Program menjaga mutu retrospektif (retrospective quality assurance)
Program menjaga mutu retrospektif adalah program menjaga mutu yang diselenggrakan setelah pelayanan kesehatan. Fokus utama adalah lebih ditujukan pada keluaran (output) yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan.

-         Review rekam medis (record review)
Pada review rekam medis penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan kesehatan dan dibandingkan dengan standar. Macam review rekam medis : penggunaan obat dan atau drugsus review, jika yang dinilai adalah pelayanan pembedahan.

-         Review jaringan (tissue review)
Review jaringan adalah penampilan pelayanan dinilai dari jaringan pembedahan yang dilakukan. Apakah gambaran patologi anatomi dari jaringan yang diangkat telah sesuai dengan diagnose yang ditegakkan.

-         Review klien (client survey)
Pada sesuai klien : penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari pandangan pemakai jasa pelayanan. Dilakukan secara formal dan informal.

4.      Program Menjaga Mutu Internal
           Pendahuluan
         Di banyak negara makin dikembangkan quality assurance (QA) atau kegiatan menjaga mutu pelayanan kesehatan. Banyak hal yang mendasari perkembangan ini, à tuntutan masyarakat dan para pengembang profesi kesehatan sendiri à akan mutu asuhan yang semakin tinggi.Tingkat perkembangan menjaga mutu pelayanan tidak sama, dinegara-negara industri sekalipun. Karena konsepsi dan persepsi tentang mutu dan upaya menjaga mutu juga masih beraneka ragam.
         Di Indonesia pun sejak beberapa tahun memikirkan dan mencari jalan untuk mengembangkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya kebidanan. Pemerintah memang telah cukup berhasil secara kuantitaf memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan pengadaan Puskesmas, Pustu, Posyandu, dan upaya-upaya penunjang lainnya.
         Namun tetap saja suatu pelayanan kesehatan yang bermutu (quality) menjadi tuntutan semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesahatan tersebut, termasuk masyarakat yang menjadi pemakai jasanya.

Batasan
         Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif, dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standard yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
         Batasan ini mencakup tiga rumusan utama, yakni rumusan kegiatan yang akan dilakukan, rumusan karakteristik kegiatan yang akan dilakukan, serta rumusan tujuan yang ingin dicapai dari dilaksanakannya kegiatan.

Tujuan
Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok yaitu:
1.      Tujuan antara :
Tujuan antara adalah ingin diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan program menjaga mutu tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas masalah mutu berhasil ditetapkan.
2.Tujuan akhir :
   Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah makin meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegitan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah dan penyebab masalah mutu berhasil diatasi.


Menilai / Mengukur Mutu Pelayanan Kebidanan
Mengukur mutu suatu jasa (dalam hal ini pelyanan kebidanan) adalah tidak langsung. Dibutuhkan petunjuk yang dianggap relefan dengan aspek-aspek tertentu yang ada peranannya dalam produksi jasa tersebut. Petunjuk-petunjuk ini adalah: indikator, kriteria, dan standart. Ada perbedaan arti diantara ketiga istilah tersebut diatas, namun dalam prakteknya istilah tersebut dipakai secara bertukar-tukar untuk pengertian yang sama.

Indikator
      Dalam hal pelayanan kesehatan, indikator adalah fenomena atau keterjadian yang dipantau, yang menunjuk pada kewajaran dan derajat mutu pelayanan yang diberikan.
         Indikator-indikator ini mengacu kepada berbagai aspek mutu, yaitu:
         Klinis atau penampilan profesi
         Efisiensi dan efektivitas
         Keselamatan pasien
         Kepuasan pasien

Kriteria
         Adalah merupakan fenomena yang dapat dihitung dan diukur untuk menspesifikasikan indikator. Misalnya dalam pelayanan dirumah sakit, indikator infeksi pasca-bedah dapat dispesifikasikan menjadi kriteria 2%. Artinya angka 2% ini adalah batasan yang memisahkan antara mutu yang masih dianggap baik (dibawah 2%) dengan yang tidak baik (diatas 2%) dalam salah satu aspek pelayanan bedah.
         Angka 2% dianggap sebagai ambang batas tanda bahaya        (warning system). Jika pada suatu waktu tertentu ditemukan angka infeksi pasca-bedah melebihi ambang 2%,hal ini adalah petunjuk untuk bertindak melakukan evaluasi kemudian koreksi.

Standart
         Standart mutu adalah tingkata jasa atau penampilan (performance) yang kita  inginkan dan tentukan sendiri secara kuantitatif sebagai pedoman untuk dicapai.
         Umumnya standart ini adalah tingkat atau derajat penampilan atau situasi yang dianggap memadai, dapat diterima, atau optimal.

Pelaksana Program Menjaga Mutu
         Untuk dapat melaksanakan program menjaga mutu perlu dilakukan persiapan sebaik-baiknya. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting  adalah yang menyangkut para pelaksana program menjaga mutu.
         Jika ditinjau dari tujuan yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu, adanya persiapan para pelaksana program menjaga mutu tersebut amatlah penting. Karena sesungguhnya tujuan program menjaga mutu hanya akan dapat dicapai apabila kegiatan program menjaga mutu dapat dilaksanakan. Sedangkan kegiatan program menjaga mutu hanya akan dapat dilaksanakan, apabila tersedia para pelaksana yang bersedia melaksanakan kegiatan program menjaga mutu.

Pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1. Perseorangan
Yang paling bertanggung jawab menjaga mutu pelayanan adalah perseorangan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu adalah salah satu dari kewajiban profesi, dan karena itulah wajib bagi setiap warga profesi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan melaksanakan program menjaga mutu.
Bertitik tolak dari kewajiban profesi ini, tidak mengherankan jika pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
Dengan kata lain, pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan, setiap pelaksana pelayanan dapat sekaligus melaksanakan program menjaga mutu pelayanan kesehatan.
2. Kelompok:
Sekalipun penanggung jawab utama program menjaga mutu adalah perseorangan, namun karena pada umumnya kemampuan yang dimiliki oleh perseorangan terbatas, serta karena sifat pelayanan kesehatan makin lama makiln bertambah kompleks dan karena itu telah lebih terorganisir, menyebabkan telah dituntut keterlibatan para pelaksana pelayanan sebagai suatu kelompok.
Dalam hal ini dibentuk suatu organisasi khusus dalam suatu institusi kesehatan yang dapat melibatkan semua pelaksana pelayanan, ataupun hanya melibatkan perwakilannya saja.
3.Para ahli:
Disini para ahli tidak terlibat langsung dalam pelyanan kesehatan. Para ahli tersebut dihimpun dalam suatu organisasi husus untuk kemudian diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu.

5.      Program Menjaga Mutu Internal (internal Quality Assurance Program)
Merupakan salah satu dari bentuk program menjaga mutu. Pada bentuk ini program menjaga mutu diselenggarakan oleh siatu organisasi yang dibentuk dalam institusi kesahatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.dapat perseorangan dan ataupun bersama-sama dalam suatu organisasi.Jika dalam bentuk organisasi, keanggotaannya dapat hanya mereka yang menyelenggarakan pelayanan (seluruhnya atau hanya perwakilan). Atau kumpulan dari para ahli yang tidak terlibat langsung dalam pelayanan kesehatan.
Untuk hasil yang optimal dianjurkan keanggotaan organisasi pelaksana program menjaga mutu ini sebaiknya adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dapat semuanya atau hanya perwakilan. Karena itu pembentukan organisasi tersebut sebaiknya pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Program Menjaga Mutu Eksternal (External Quality Assurance Program
         Menjaga Mutu Eksternal : Adalah kegiatan program menjaga mutu diselenggarakan oleh suatu organisasi khususnya yang dibentuk diluar institusi kesehatan seperti halnya professionl standar review organization (PSRO) di Amerika Serikat atau di Indonesia. Tim penjaga mutu pelayanan kontrasepsi mantap provinsi yang dikoordinir oleh perkumpulan kontrasepsi mantap Indonesia (PKMI) untuk memantau, menilai serta membantu meningkatkan mutu pelayanan vasektomi dan tubektomi yang diselenggarakan oleh Puskesmas atau RS yang berada di profinsi tersebut.
         Pada bentuk yang kedua ini, tanggung jawab yang dimilikinya tidak terbatas pada suatu intruksi kesehatan saja, melainkan untuk semua intruksi kesehatan yang berada diwilayah kerjanya. jika dibandingkan kedua bentuk program menjaga mutu ini, segeralah mudah dipahami bahwa bentuk yang pertama dinilai lebih baik, karena tujuan program menjaga mutu akan lebih mudah dicapai.
         Apalagi jika para pelaksananya adalah mereka yang terlibat langsung dalam pelayanan kesehatan. Disamping untuk dapt menyelenggarakan program menjaga mutu eksternal, sering dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, dalam banyak hal masih sulit dipenuhi
         Karena itulah program menjaga mutu eksternal lazimnya merupakan pelengkap program menjaga mutu internal, yang peranannya lebih banyak bersipat lembaga pembanding. Dalam arti apabila terdapat perselisihan pendapat tentang hasil penilain mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh program menjaga mutu internal (biasanya dari klien) dirujuk keprogram menjaga mutu eksternal atau sering pula ditemukan pada program asuransi kesehatan, yakni untuk menilai mutu pelayanan yang di selenggarakan oleh institusi kesehatan yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada peserta program asuransi kesehatan yang menjadi tanggungannya.
Kedua bentuk program menjaga mutu pelayanan kesehatan ini secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Tujuan Penjagaan Mutu
         Efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya
         Pengamanan terhadap kemungkinan cidera atau penyakit yang terkait dengan pelayanan yang diberikan terhadap pasien
         Aspek profesi atau mutu dari pendekatan sumber daya
         Kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan

Motivasi
         Motivasi adalah tenaga yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggerakannya hingga berniat mau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi dapat dicetus atau diperkuat oleh faktor-faktor dalam diri sendiri atau oleh unsur-unsur lingkungan luar.

         CONTOH
Proyek pendanaan Sektor Kesehatan
         Seperti dikemukakan saat ini, aasuhan kesehatan untuk bagian terpenting adalah masalah ekonomi dan keuangan.
         Asuhan kesehatan yang bermutu adalah mahal, persiapan dan pelaksanaannya nanti akan merupakan tambahan pada anggaran belanja Negara dan rumah sakit sendiri.
         Dalam membangun kesehatan selama ini, banyak proyek mendapat bantuan keuangan atau dalam bentuk tenaga ahli dan lain-lain dan WHO, bank dunia, bank pembangunan asia, badan-badan internasional lainnya dan pinjaman atas sumbangan pemerintah.
         Salah satu proyek ini adalah kerja sama jangka panjang antara pemerintah RI dan USAID (US Agency for Internasional Development) proyek ini dinamakan Health Sektor Financing Project (HSF-Project), atau proyek pendanaan sektor kesehatan. Proyek ini sudah berjalan setahun, setelah sebelumnya diketahui oleh fase studi yang ekstensif selama dua tahun.
         Tujuan proyek ini adalah mengembangkan kebijakan dan kelembagaan yang dibutuhkan untuk menjamin berlanjutnya program-program kelangsungan hidup anak. Program-program ini adalah imunisasi, perbaikan gizi, pengendalian penyakit diare, KB, KIA, dan pengendalian infeksi akut sistem Berbeda dengan program-program sebelumnya proyek, HSF ini menyediakan dana sumbanga untuk dipakai habis. Pemikiran dasar proyek ini adalah: Indonesia tidak boleh kehilangan momentum yang telah dicapai selama 20 tahun dengan upaya-upaya meningkatkan kelangsungan hidup anak (child servival) sebagai akibat adanya masalah kekurangan anggaran tahun-tahun terakhir ini.
         Cara alternative untuk mendapatkan dana harus dikembangkan dan perubahan serta perbaikan harus dilakukan terhadap berbagai fasilitas dan sistem. Proyek ini mempunyai tujuan akhir, bahwa rumah sakit pemerintah (yang bersama dengan belanja obat menghabiskan bagian terbesar dari pada anggaran nasional pelayanan kesehatan) akan menjadi mandiri dalam masalah keuangan. Dengan berorientasi pada tujuan akhir ini, proyek HSF ini dipilih selama empat komponen atau subproyek
         Pembangunan sistem asuransi yang dibiayai masyarakat, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun sektor suasta.
         Peningkatan kemampuan manajemen dan pembaruan aspek struktur dasar di RS Pemerintah, yang diharapkan akan meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian, peningkatan pengembangan biaya (cost recovery) dan mengurangi subsidi pemerintah.
         Peningkatan efisiensi dalam pengadaan, distribusi dan penggunaan obat.
         Peningkatan kemampuan untuk menganalisa kebijakan dalam pelayanan kesehatan oleh Biro Perencanaan Departeman Kesehatan.
         Masing-masing sub proyek diatas dilaksanakan oleh suatu sub unit tersendiri. Hasil total yang diharapkan dari semua sub proyek ini adalah perbaikan dalam sistem pendanaan dan penyampaian asuhan kesehatan. Jika itu tercapai, beban pemerintah untuk asuhan kuratif di RS diharapkan akan sangat dikurangi sehingga lebih banyak dana yang dapat dialokasikan untuk program kesehatan hidup anak.
         Proyek pendanaan sektor kesehatan ini akan berlangsung tujuh tahun (1988-1995). Jadi proyek ini didukung oleh keahlian, dana dan otorita yang kuat. Perencanaan dan pelaksanaan program menjaga mutu asuhan RS secara nasional dapat ikut menikmati keluaran proyek HSF  ini. Terutama sub proyek tentang pengembangan dan penyempurnaan RS.
         Salah satu pemikiran yang merangsang adalah bahwa proyek pengembangan menjaga mutu untuk sebagian dapat menumpang pada proyek HSF.
         Temuan dan keluaran serta informasi pada tahap analisa dan diagnosa dari pada proyek HSF dapat dimanfaatkan untuk tahap studi dan tahap perancangan proyek menjaga mutu.
yang lebih penting lagi, sistem menjaga  mutu secara nasional baru akan efektif untuk diopersikan (tahap operasional), setelah RS kita secara nasional sudah mencapai tarap penyempurnaan yang memadai sebagai hasil tahap intervensi proyek HSF. Tahap intervensi dari pada proyek HSF dapat dilakukan bersama waktunya dengan tahap pengembangan proyek menjaga mutu.


http://kbidan.blogspot.com/2011/12/bentuk-program-menjaga-mutu.html

manajemen mutu: program menjaga mutu internal

manajemen mutu: program menjaga mutu internal: manajemen menjaga mutu internal SUB TOPIK 1.               Program menjaga mutu konkurent 2.               Pr...


saya meminta nilai sesuai dengan tugas yang sudah saya kerjakan pak,,terima kasih..^_^

Kamis, 10 Januari 2013

Asuhan Kebidanan ANC UK 30 minggu janin tunggal, hidup, intra uteri, letak lintang dengan keadaan umum ibu dan janin baik


ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “S” GII P10001 UK 30 MINGGU
JANIN TUNGGAL, HIDUP, INTRA UTERI, LETAK LINTANG
DENGAN KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN BAIK

DI BPM BIDAN JULAIKAH, Amd. Keb













Di Susun Oleh :
WULANDARI
7210069



PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setelah perang dunia kedua, pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil mengalami kemajuan dengan pesat. PBB melalui WHO dan UNICEF nya membantu perkembangan BKIA di seluruh dunia dengan uang, obat-obatan tenaga terampil, dan peralatan, terutama untuk negara- negara yang sedang berkembang. BKIA merupakan pusat pengawasan ibu dan anak. Dengan usaha ini ternyata angka morbiditas dan mrtalitas ibu da bayi jelas menurun.
Orang dulu menyangka bahwa pertolongan sewaktu bersalin merupakan yang paling penting. Sekarang sangkaan ini dianggap salah, karena ibarat main sepak bola, tidak mungkin suatu kesebelasan menang bila tidak ada latihan2 yang intensif sebelumnya. Jadi kedua-duanya pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil serta pertolongan persalinan, merupakan hal yang penting. Banyak penyulit- penyulit sewaktu hamil dengan pengawasan yang baik dan bermutu dapat di obati dan di cegah, sehingga persalinan berjalan mudah dan normal. Apabila suatu tindakan akan diambil, hal ini dilakukan sedini mungkin tanpa menunggu terjadinya komplikasi dalam persalinan tidak terlantar.
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter dan bidan. Dalam satu komunitas seperti di indonesia ada pusat kesehatan puskesmas dan KIA dimana seorang ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya.









BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Pengertian
Antenatal care adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak.
Pre natal care adalah pengawasan pra kelahiran.
Antepartal care adalah pengawasan sebelum bersalin, lebih di tujukan pada keadaan ibu.
B.     Pemeriksaan Ibu Hamil
Ø  Anamnese
1.      Identitas istri dan suami, nama, umur, agama, pekerjaan, dsb.
2.      Anamnese umum :
·         Tentang keluhan- keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, perkawinan, dsb.
·         Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT), bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai rumus negele : hari +7, bulan -3, tahun +1.
·         Tentang kehamilan, persalinan, kegugura dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.
Ø  Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan jantung, paru- paru, dsb.
Ø  Perkusi
Tidak begiti banyak artinya, kecuali bila ada suatu indikasi.
Ø  Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal, pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.
Palpasi perut untuk menentukan :
·         Besar dan konsistensi rahim
·         Bagian2 janin, letak, presentasi
·         Gerakan janin
·         Kontraksi rahim braxton-hicks dan his.
Cara palpasi ada bermacam- macam :
Ø  Menurut leopold :
o   Leopold I :
ü  Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
ü  Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin daam fundus
ü  Konsistensi uterus
Variasi menurut knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas sympisis.
o   Leopold II :
ü  Menentukan batas samping rahim kana atau kiri
ü  Menentukan letak punggung janin
ü  Pada letak lintang tentukan dimana kepala janin
Variasi menurut budin : menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus.
o   Leopold III :
ü  Menentukan bagian terbawah janin
ü  Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masi goyang.
Variasi menurut Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri di letakan tegak di tengah perut.
o   Leopold IV :
ü  Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
ü  Bisa juga menetukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul.
Ø  Cara menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan :
1.      Dihitung dari tanggal haid terakhir
2.      Di tambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “feeling life” (quickening).
3.      Menurut spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari sympisis, maka diperoleh tabel :
22-28 minggu = 24-25 di atas sympisis
28 minggu = 26,7 cm di atas sympisis
30 minggu = 29,5 – 30 cm di atas sympisis
32 minggu = 29,5 – 30 cm di atas sympisis
34 minggu = 31 cm di atas sympisis
36 minggu = 32 cm di atas sympisis
38 minggu = 33 cm di atas sympisis
40 minggu = 37,7 cm di atas sympisis
4.      Menurut mac donald : adalah modifikasi spiegelberg, yaitu jarak fundus – sympisis dalam cm di bagi 3,5 tuanya kehamilan dalam bulan.
5.      Menurut ahlfeld : “ukuran kepala bokong”= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila di ukur jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.
6.      Rumus johnson – tausak = BB= (md-12)155
BB= berat badan
Md= jarak sympisis – fundus uteri

Ø  Auskultasi
Di gunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) yang dapat kita dengarkan adalah:
1.      Dari janin
·         DJJ pada bulan ke 4-5
·         Bising pada tali pusat
·         Gerakan dan tendangan janin
2.      Dari ibu :
·         Bising rahim (uterine souflle)
·         Bising aorta
·         Peristaltik usus
Cara menghitung DJJ :
DJJ= 4x (11+12+13)= 136 permenit teratur
DJJ= 4x (10+14+9)= 132 permenit tidak teratur

Ø  Pemeriksaan dalam
·         Vaginal (VT)
·         Rectal toucher (RT)
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :
1.      Bagian terbawah janin
2.      Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk, uub, dagu, hidung, orbita, mulut, dsb.
3.      Kalau letak sungsang dapat diraba anus, sakrum, dan tuber ischii
4.      Pembukaan serviks, turunnya bagian bawah janin, caput suksadenum, dsb
5.      Secara umum dapat di evaluasi keadaan vagina, servik, dan panggul.
6.      Pelvimetri klinik:
Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba promontorium. Bila teraba batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk di keluarkan dan diukur.

Ø  Indikasi pemeriksaan dalam
1.      Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan, sebelum ditinggalkan oleh penolong
2.      Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan
3.      Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD
4.      Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju2
5.      Jika akan diambil tindakan obstetri operatif

Ø  Pada kehamilan triwulan pertama:
·         Pembesaran rahim dan konsistensinya
·         Tanda hegar, tanda piskacek, dan tanda chadwick.
Ø  Pada kehamilan lanjut dapat dinilai:
·         Pembukaan serviks : berapa cm atau berapa jari hampir lengkap dan sudah lengkap.
·         Bagian anak paling bawah : kepala bokong serta posisinya
·         Turunnya bagian terbawah menurut bidang hodge
·         Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak
·         Apakah promontorium teraba atau tidak
·         Linea inominata apakah teraba seluruhnya atau tidak
·         Sakrum cekung atau bentuk lain















SOAP
PADA NY “S” GII P10001 UK 30 MINGGU
JANIN TUNGGAL, HIDUP, INTRA UTERI, LETAK LINTANG
DENGAN KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN NORMAL


Tanggal pengkajian : 05-12-2012                                            jam : 19.30 WIB

S= Subjektif
1.      Identitas
Nama               : Ny “S”                      nama suami     : Tn. I                         
Umur               : 24 tahun                    umur                : 34 th                         
Suku                : jawa                           suku                 : jawa
Agama             : pendidikan                agama              : islam
Pendidikan      : SMP                          pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : swasta                       pekerjaan         : swasta
Alamat            : nglele                         alamat              : nglele
Perkawinan     : ke- 1
Lama perkawinan : 4 tahun

2.      Anamnese
a.       Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak kedua dengan usia kehamilan 7 bulan datang ke bidan ingin memeriksakan kehamilannya.
b.      Riwayat kebidanan
·         Riwayat menstruasi
§  Menarche : 12 tahun
§  Siklus        : 28 hari
§  Lamanya   : 6-7 hari
§  Sifat darah            : encer
§  Bau            : anyir
§  Banyaknya            : 1-3 hari ganti softek 3-4x/ hari, 4-7 hari ganti softek 2-3x/ hari
§  Teratur/ tidak : teratur
·         Riwayat kehamilan
§  HPHT        : 08-05-2012
§  ANC         :
ü  TM I          : keluhan: mual dan muntah, periksa di bidan 3x, terapi: fe, kalk, B6, penyuluhan: nutrisi seimbang, istirahat yang cukup.
ü  TM II        : keluhan: tidak ada keluhan, periksa di bidan 3x, terapi: fe, kalk, penyuluhan: nutrisi seimbang, istirahat cukup, dan senam hamil.
ü  TM III       : keluhan: tidak ada, periksa di bidan 4x, terapi: fe, kalk, penyuluhan: senam hamil, perawatan payudara.
·         Riwayat kehamilan yang lalu
·         No
Suami
UK
Jenis persalinan
Penolong
PB/BB janin
Umur sekarang
L/P
Meneteki
KB
1
H a m i l  i n i









·         Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menurun seperti darah tinggi, dan kencing manis, tidak menderita penyakit menular seperti TBC dan penyakit kuning, dan tidak menderita penyakit menahun seperti jantung.
·         Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti darah tinggi dan kencing manis, tidak menderita penyakit menular seperti TBC dan penyakit kuning, dan tidak menderita penyakit menahun seperti jantung.
·         Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum kehamilan ini pernah menggunakan alat kontrasepsi KB suntik3 bulanan. Kemudian penggunaan alat kontrasepsi di hentikandan kehamilan ini di rencanakan.
·         Pola kegiatan sehari- hari
§  Pola istirahat/ tidur
Saat hamil             : tidur siang: 1-2 jam, tidur malam: 4-5 jam
§  Pola aktifitas
Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa, hanya di kurangi sedikit.
§  Pola nutrisi
Makan : 3x/ hari, porsi sedang: nasi, lauk, sayur, dan buah
Minum : 7-8 gelas/ hari, air putih dan susu
§  Pola eliminasi
BAK : 2-3xhari, warna kuning, jernih, bau khas
BAB : 1x/ hari, warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.

O= Objektif
1.      Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum           : baik
Kesadaran                   : composmentis
BB sebelum hamil       : 56 kg
BB saat hamil              : 66 kg
TB                               : 156 cm
LILA                           : 25 cm
TTV                 TD       : 120/60 mmHg
                        N         : 80x/menit
                        Suhu    : 36,4 C
                        RR       : 20x/menit
TP        : 15-02-2013
UK      : 30 minggu
2.      Pemeriksaan fisik khusus
a.       Inspeksi
·         Kepala       : simetris, bersih, tidak ada odem
·         Muka         : tidak ada odem, tidak pucat
·         Mata          : konjungtiva merah muda, sklera putih
·         Hidung      : tidak ada secret
·         Mulut        : tidak pucat, tidak ada caries pada gigi
·         Telinga      : tidak ada serumen
·         Leher         : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
·         Dada         : puting susu menonjol, areola mamae coklat kehitaman
·         Abdomen  : terdapat linea nigra, perut membesar sesuai UK
·         Genetalia   : berish, tidak ada odem
·         Ektermitas atas dan bawah : simetris tidak ada odem
b.      Palpasi
·         Kepala       : tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan
·         Leher         : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
·         Abdomen  :
§  Leopold 1 : TFU: 4 jari di atas pusat (27 cm), bagian di fundus: bagian terkecil janin
§  Leopold 2 : bagian kanan : bokong (lunak, bulat, tidak melenting), bagian kiri: kepala (keras, bulat, melenting)
§  Leopold 3 : bagian terbawah janin: -
§  Leopold 4 : -
c.       Auskultasi
·         Abdomen : DJJ terdengar di bawah pusat, 140xmenit
·         TBJ            : 27-12(155)= 2325 gram

A= Asassment
Dx       : Ny “S” GII P10001 janin tunggal, hidup, intra uteri, letak lintang, dengan keadaan umum ibu dan janin normal
Ds        : ibu mengatakan tidak ada keluhan, hanya ingin memeriksakan kehamilannya.
Do       :
BB sebelum hamil       : 56 kg
BB saat hamil              : 66 kg
TB                               : 156 cm
LILA                           : 25 cm
TTV                 TD       : 120/60 mmHg
                        N         : 80x/menit
                        Suhu    : 36,4 C
                        RR       : 20x/menit
TP        : 15-02-2013
UK      : 30 minggu
§  Leopold 1 : TFU: 4 jari di atas pusat (27 cm), bagian di fundus: bagian terkecil janin
§  Leopold 2 : bagian kanan : bokong (lunak, bulat, tidak melenting), bagian kiri: kepala (keras, bulat, melenting)
§  Leopold 3 : bagian terbawah janin: -
§  Leopold 4 : -
Masalah :
Kebutuhan:
·         dukungan pada pasien
·         nutrisisi seimbang
·         perawatan payudara
·         penjelasan resiko tinggi
·         posisi menungging


PENATALAKSANAAN
Tanggal : 05-12-2012
1.      Lakukan pendekatan pada klien
Dengan pendekatan terjalin kerja sama dan kepercayaan antara klien dan petugas kesehatan sehingga klien lebih kooperatif
2.      Beritahu klien tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Klien dapat mengetahui keadaan yang dialaminya, sehingga klien dapat lebih kooperatif
3.      Berikan kie tentang tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, janin tidak bergerak
Merupakan tanda dari ketuban pecah dini, preeklamsi/eklamsi, IUFD
4.      Anjurkan ibu untuk tetap minum obat yang sudah diberikan oleh bidan
Tablet tambah darah/zat besi untuk mencegah terjadinya anemia
5.      Anjurkan klien untuk kontrol 2 minggu lagi
Mendeteksi dini adanya kelainan baik klien maupun janin















PENUTUP


A.    Kesimpulan
Setelah menyelesaikan tahap pembahasan dengan mengembangkan tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka pada klien primipara. Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
Rencana tindakan berdasarkan pada kondisi kebutuhan pasien dan pelaksanaan intervensi yang diberikan pada pasien sesuai dengan tinjauan pustaka tetapi ada sedikit ketidaksamaan. Pelaksanaan terhadap rencana asuhan diwujudkan dala kasus tindakan yang penatalaksanaannya dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan pada tinjauan kasus ini implementasi tidak ada hambtana semua berjalan dengan renana yang telah dibuat.
Penilaian akhir suatu tindakan didasarkan pada kriteria hasil yang diharapkan pada kasus ini.

B.     Kritik Dan Saran
1.      Untuk pasien dan masyarakat
Pemeriksaan kehamilan secara rutih dan teratur sangat penting bagi masyarakat dan pasien, guna mengetahui perkembangan Ibu dan janinnya.
2.      Untuk tenaga kesehatan
Masyarakat sangat mengharapkan pelayanan yang komprehensif dari tenaga kesehatan oleh karena itu tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA


Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan BPSP. Jakarta, 2002.
Mc. Donald, Gord, Cunningham. Obstetri William. EGC. Jakarta, 1995.
Manuaba, Gde, Ida, Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta, 1998.
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. EGC. Jakarta, 1998.
Winkjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Yayasan BPSP. Jakarta, 1996.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAN. Obstetri Fisiologi. Eleman. Bandung, 1983.