Minggu, 21 Oktober 2012

dyah as-syifa_UNIPDU: PUBLIC HEALTH POLICY MANAGEMENT: MUTU LAYANAN KESE...

dyah as-syifa_UNIPDU: PUBLIC HEALTH POLICY MANAGEMENT: MUTU LAYANAN KESE...: PUBLIC HEALTH POLICY MANAGEMENT: MUTU LAYANAN KESEHATAN : Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan ...

Bidan Pendidik: MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Bidan Pendidik: MUTU PELAYANAN KEBIDANAN: DWI SITI RAHAYU (201110104248) KELAS F D4 AANVULLEN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN Pelayanan kebidanan bermutu adalah pelayanan ya...

Mutu Pelayanan Kebidanan

A. KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
1.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kebidanan
Menurut Din ISO 8402 (1986) : Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam memberikan kepuasan pada pengguna layanan.
Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Menurut JCAHO (1993) ditingkatkanMutu" adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan
Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat
Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Djoko Wijono, 2000 : 35).

1.2 Persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan
Setiap mereka yang terlibat dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, pasti mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan.
• Bagi Pemakai Jasa Pelayanan Kesehatan/Masyarakat
Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluas penyakitnya.
Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Pemberi layanan harus memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang dilayaninya dan mendidik masyarakat tentang layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam menentukan bagaimana cara yang paling efektif menyelenggarakan layanan kesehatan, sehingga diperlukan suatu hubungan yang saling percaya antara pemberi layanan kesehatan atau provider dengan pasien/masyarakat.
• Bagi Pemberi Layanan Kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut. Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal. Profesi layanan kesehatan membutuhkan dan mengaharapkan adanya dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang efektif serta efisien dalam menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
• Bagi Penyandang Dana Pelayanan Kesehatan
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan dapat menjadi efisien. Kemudian upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan ditingkatkan agar layanan kesehatan penyembuhan semakin berkurang.
• Bagi Pemilik Sarana Layanan Kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan, tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan masyarakat.


• Bagi Administrator Layanan Kesehatan
Administrator walau tidak langsung memberikan layanan kesehatan pada masyarakat, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi layanan kesehatan

1.3 Dimensi Mutu pelayanan Kebidanan
Mutu layanan kesehatan bersifat multidimensi, antara lain:
 Dimensi Kompetensi Teknis
Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.
 Dimensi Keterjangkauan atau Akses
Artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan kesehatan. Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan dan prilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen. Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan menggunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien.
 Dimensi Efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembang/meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi.
Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan kesehatan.
 Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang paling efisien.
 Dimensi Kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu dan tempatnya.
 Dimensi Keamanan
Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain. Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.
 Dimensi Kenyamanan
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan kesehatan.
 Dimensi Informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa. Siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.
 Dimensi Ketepatan Waktu
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien)
 Dimensi Hubungan Antarmanusia
Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider) dengan pasien atau masyarakat (konsumen), antar sesama pemberi layanan kesehatan, antar atasan-bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, pemerintah daerah, LSM, masyarakat dan lain-lain. Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian, dan lain-lain.

1.4 Manfaat Program Penjaminan Mutu
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Adapun manfaat dari program jaminan mutu :
a. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan ini erat hubungannya dengan dapat di atasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan kmajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan.

b. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan
Peningkatan efisiensi yang dimaksudkan ini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar dan ataupun yang berlebihan. Biaya tambahan karena harus menangani efek samping atau komplikasi karena pelayanan kesehatan dibawah standar dapat dihindari. Demikian pula halnya mutu pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang berlebihan.

c. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehata
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperanan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

d. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan masyarakat, maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin meningkat. Untuk mencegah kemungkinan gugatan hukum terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan, antara lain karena ketidak puasan terhadap pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dari uraian ini, mudah dipahami bahwa terselenggaranya program menjaga mutu pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang amat besar dalam melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum, karena memang pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah terjamin mutunya.

B. MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
2.1 Bentuk Program Menjaga Mutu prospektif
Program menjaga mutu prospektif/prospective quality assurance adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan kesehatan dilaksanakan, perhatian utama pada standar masukan dan lingkungan.
a. Standarisasi (standardization)
Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, ditetapkanlah standarisasi institusi kesehatan. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada institusi kesehatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya ketentuan tentang standarisasi, yang lazimnya mencakup tenaga dan saran, dapatlah dihindarinya berfungsinya institusi kesehatan yang tidak memenuhi syarat. Standarisasi adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan yaitu yang menyangkut masukan proses dari system pelayanan kesehatan.
b. Perizinan (licensure)
Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan kesehatan selalu dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah pelayanan kesehatan yang tidak bermutu, standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang lazimnya ditinjau secara berkala. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang memenuhi persyaratan. Lisensi adalah proses administasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwewenang berupa surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.

Tujuan lisensi:
1)Tujuan umum lisensi :
Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi.

2)Tujuan khusus lisensi :
Memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.

c. Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan,yakni memberikan sertifikat (pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksanan yang benar-benar memenuhi persyaratan.
d. Akreditasi (accreditation)
Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih tinggi. Lazimnya akreditasi tersebut dilakukan secara bertingkat, yakni yang sesuai dengan kemampuan institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Akreditasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang terbuka



2.2 Program Menjaga Mutu Konkurent
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren adalah yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis, keperawatan dan non medis yang dilakukan. Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kurang bermutu.
Program menjaga mutu konkuren dinilai paling baik, namun paling sulit dilaksanakan. Penyebab utamanya adalah karena adanya factor tentang rasa serta ‘bias’ pada waktu pengamatan. Seseorang akan cenderung lebih berhati-hati, apabila mengetahui sedang diamati. Kecuali apabila pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan oleh satu tim (team work), atau apabila telah terbentuk kelompok kesejawatan (peer group).

2.3 Program Menjaga Mutu Retrospektif

Program menjaga mutu retrospektif adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan. Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditujukan pada unsur keluaran, yakni menilai pemanpilan peleyanan kesehatan. Jika penampilan tersebut berada dibawah standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehtan yang diselenggarakan kurang bermutu.
Karena program menjaga mutu retrospektif dilaksanakan setelah diselenggarakannya pelayanan kesehatan, maka objek program menjaga mutu umumnya bersifat tidak langsung. Dapat berupa hasil dari pelayanan kesehatan, atau pandangan pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Beberapa contoh program menjaga mutu retrospektif adalah:
a. Review rekam medis (record review)
Disini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari rekam medis yang dipergunakan. Semua catatan yang ada dalam rekam medis dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Tergantung dari masalah yang ingin dinilai, reviu rekam medis dapat dibedakan atas beberapa macam. Misalnya drug usage review jika yang dinilai adalah penggunaan obat, dan atau surgical case review jika yang dinilai adalah pelayanan pembedahan. Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber daya, laporan kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah informasi memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan dari pelayanan yang diberikan.
b. Review jaringan (tissue review)
Disini penampilan pelayanan kesehatan (khusus untuk bedah) dinilai dari jaringan pembedahan yang dilakukan. Apabila gambaran patologi anatomi dari jaringan yang diangkat telah sesuai dengan diagnosis yang ditegakkan, maka berarti pelayanan bedah tersebut adalah pelayanan kesehatan yang bermutu.
c. Survei klien (client survey)
Disini penampilan pelayanan kesehatan dinilai dari pandangan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Survai klien ini dapat dilakukan secara informal, dalam arti melangsungkan tanya jawab setelah usainya setiap pelayanan kesehatan, atau secara formal, dalam arti melakukan suatu survei yang dirancang khusus. Survei dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur. Misalnya : survei kepuasan pasien.
2.4 Program Menjaga Mutu Internal

Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu internal adalah bentuk kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu berada di dalam institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini di dalam institusi pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi secara khusus diserahkan tanggung jawab akan menyelenggarakan Program Menjaga Mutu
a. Macam-macam Program Menjaga Mutu Internal
Jika ditinjau dari peranan para pelaksananya, secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
• Para pelaksana Program Menjaga Mutu adalah para ahli yang tidak terlibat dalam pelayanan kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan Program Mnejga Mutu.
• Para pelaksana Program Menjaga Mutu adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan (team based), jadi semacam Gugus Kendali Mutu, sebagaimana yang banyak dibentuk di dunia industri.
Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang dinilai paling baik adalah bentuk yang kedua, karena sesungguhnya yang paling bertanggung jawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu seyogyanya bukan orang lain melainkan adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan itu sendiri.
b. Pelaksana program menjaga mutu internal
• Program Menjaga Mutu dilaksanakan oleh suatu organisasi yang dibentuk di dalam institusi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
• Sebaiknya keanggotaan organisasi pelaksana program menjaga mutu adalah mereka yang meyelenggarakan pelayanan kesehatan (dapat semuanya atau hanya perwakilan)
• Pembentukan organisasi sebaiknya pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2.5 Program Menjaga Mutu Eksternal
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu berada di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk itu, biasanya untuk suatu wilayah kerja tertentu dan untuk kepentingan tertentu, dibentuklah suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, yang bertanggung jawab menyelenggarakan program menjaga mutu. Misalnya, suatu Badan Penyelenggara Program Asuransi Kesehatan, untuk kepentingan programnya, membentuk suatu Unit Program menjaga Mutu, guna memantau, menilai, serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh berbagai institusi pelayanan kesehatan yang tergabung dalam program yang dikembangkannya.
Pada program menjaga mutu eksternal seolah-olah ada campur tangan pihak luar untuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh suatu institusi pelayanan kesehatan, yang biasanya sulit diterima.
Posted by

SOAP PADA IBU HAMIL UK 16 MINGGU DENGAN MOLAHYDATIDOSA


SOAP
PADA NY.’’Y’’ DENGAN GIP00000 USIA KEHAMILAN 16 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP LETAK KEPALA INTRA UTERI JALAN LAHIR NORMAL DENGAN IBU MOLA HYDATIDOSA





SOAL

Ny.”Y” berumur 23 tahun datang ke bidan untuk memeriksakan kehamilannya tgl 16-10-2011. Hamil ini adalah kehamilannya yang pertama. HPHT 14-06-2011. Ibu Mengatakan  pada kehamilan pertama ini ibu merasakan perutnya bertambah besar dan tidak merasakan gerakan janin. Dari hasil pemeriksaan TD 120/60 mmHg, N 100 x/menit, S 36 6 0C, RR 22 x/menit.



















SOAP
PADA NY.’’Y’’ DENGAN GIP00000 USIA KEHAMILAN 16 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP LETAK KEPALA INTRA UTERI JALAN LAHIR NORMAL DENGAN MOLA HYDATIDOSA

1.      Data Subjektif (S)          
Tanggal Pengkajian                       : 16-10-2011
Pukul                                             : 10.00 WIB
A.    Biodata
Nama                :  Ny “Y                Nama suami      : Tn “W
Umur                 :  23 tahun              Umur                 : 26 tahun
Suku/bangsa      :  Jawa/Indonesia    Suku/bangsa      : Jawa/Indonesia
Agama              :  Islam                    Agama               : Islam
Pendidikan        :  SMA                    Pendidikan        : SMA
Pekerjaan          :  IRT                      Pekerjaan           : wiraswasta
Alamat rumah   :  Diwek, jombang  Alamat rumah   : Diwek, Jombang
B.     Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluannya dan disertai mules-mules.
HPHT                          : 14-06-2011
Umur kehamilan          : 16 minggu

2.      Data Objektif
A.    Pemeriksaan Umum
Keadaan umum   : Lemah
Kesadaran           : composmentis
TB                         :     150 cm
BB sekarang          :     51 kg
BB sebelum hamil : 48 kg
TD                         :     120/60 mmHg
N                           :     100 x/mnt
RR                         :     22 x/menit
S                            :     36,60C
HPHT                    : 14-06-2011
TP                        :  21-03-2012
B.     Pemeriksaan fisik
·         abdomen: abdomen tidak sesuai dengan usia kehamilan atau perut lebih besar dari usia kehamilan.  
·         Muka : simetris agak pucat
·         Mata : conjungtiva agak pucat, sclera putih

3.      Assasment
a.       Dx              :  Ny “Y” GI P00000 UK 16 minggu keadaan jalan lahir normal, KU lemah dengan mola hydatidosa
b.      Masalah     : ibu cemas dengan kehamilannya
c.       Dx  Potensial   :           Ny “Y” GI P00000  UK 16 minggu  keadaan jalan lahir normal, KU lemah dengan Potensial mola hydatidosa
d.      Masalah potensial        : ibu stress dengan kondisinya





4.      Penatalaksanaan
a.       Lakulan pendekatan pada klien dan keluarga, melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan cara menyapa klien dan keluarga dengan sopan santun, dapat menanamkan kepercayaan ibu dan keluarga pada petugas kesehatan.
b.      Beritahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus di rujuk, memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus di rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap karena kondisi ibu yang harus di lakukan kuretase, dapat mempermudah melakukan kuretase dengan alat-alat yang lengkap.
c.       Persiapan rujukan, mempersiapkan rujakan kerumah sakit dengan melakukan BAKSOKU yaitu:  B: Bidan harus siap antar ibu ke  rumah sakit, A: Alat-alat yang akan di bawa saat perjalanan rujukan, K: Kendaraan yang akan mengantar ibu ke  rumah sakit, S: Surat rujukan disertakan, O: Obat-obat seperti oksitosin ampul, cairan infus, K: Keluarga harus diberitahudan mendampingi ibu saat di rujuk, U: Uang untuk pembiayaan di rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti mengapa ibu dirujuk dan bersedia untuk di rujuk.
d.      Lakukan inform consent kepada klien dan keluarga, melakukan inform consent kepada ibu dan keluarga dengan cara memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan, agar ibu dan keluarga mengetahui tindakan kuretase yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan menyetujuinya.
e.       Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih dengan cara membantu pasien BAK, dapat mempermudah pelaksanaan tindakan.
f.       Anjurkan pasien untuk berpuasa, menganjurkan pasien untuk berpuasa, agar dapat adaptasi dalam pemberian anastesi.
g.      Anjurkan pasien istirahat, menganjurkan pasien istirahat yang cukup, dapat mengoptimalkan keadaan umum pasien.
h.      Lakukan persiapan kuretase, melakukan persiapan kuretase dengan menyiapkan seluruh alat-alat yang akan digunakan, persiapan baik dan dapat membantu pelaksanaan kuretase dan pengobatan.
i.        Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan kuretase, melakukan kolaborasi dengan tim medis, agar tindakan yang di lakukan tindakan yang tepat dan pengobatan yang optimal.











Sabtu, 20 Oktober 2012

ASKEB PADA IBU HAMIL UK 42 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “L” GIII P10011 UK 42 MINGGU
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DI PAVILIUN PONEK RSUD JOMBANG










Di Susun oleh:
WULANDARI
7210069


PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu di sebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matrix ekstra seluler amnion, korion dan apoptosis membrane janin. Membraan janin dan desidua bereaksi terhaap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon yang merangsang aktivitas matrix degrading enzim.

B.     Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan SOAP sesuai dengan kasus asuhan kebidanan pada KPD (ketuban pecah dini) serta mendapatkan pengalaman tentang asuhan paa KPD (ketuban pecah dini).





BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Ketuban Pecah dini
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan karion yang sangat erat kaitannya, lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi mengahasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selapu ketuban pecah dalam proses persalinan, ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu di sebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. (sarwono prawirohardjo, 2008)
Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matrix ekstra seluler amnion, korion dan apoptosis membrane janin. Membraan janin dan desidua bereaksi terhaap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon yang merangsang aktivitas matrix degrading enzim. (sarwono prawirohardjo,2008)

B.     Mekanisme ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matrix, perubahan stuktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan selaput ketuban pecah.
            Factor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
·         Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
·         Berkurangnya tembaga dan asa askorbikyang berkaitan pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen di mediasi matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
            Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matrix ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
            Selaput ketuban sangat kuat dalam kehamilan muda. Pada trimester 3 selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban pada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.(sarwono, 2008)
C.    Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden sectio secarea, atau gagalnya persalinan normal.
·         Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
·         Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
·         Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban mterjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
·         Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan komposisi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonas. (sarwono prawirohardjo, 2008)
Penatalaksanaan ketuban pecah dini:
·         Pastikan diagnosis
·         Tentukan umur kehamilan
·         Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
·         Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarga air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dalam persalinan.
Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan PH vagina perempuan hamil sekitar 4,5 bila ada caira ketuban PH nya sekitar 7,1-7,3. Antiseptic yang alkalin akan menaikan PH vagina.
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat dikonfirmasikan denga adanya oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks.
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk dirawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, kotioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini dalam kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komperhensif. Secara umum penatalksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan. (sarwono prawirohardjo, 2008)
·         Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban divagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring velviks. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). (sarwono prawirohardjo, 2008)
D.    Penanganan
·         Konservatif
Rawat dirumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidasol 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34 mgg dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu tidak ada infeksi tes bisa negatif beri dexametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika kehamilan 32-37 mgg, sudh inpartu, tidak infeksi berikan tokolitik (sulbatamol), dexametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 mgg, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37 mngg berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexametason IM  5 mg setiap 6 jam sebanyak 4x. (sarwono prawirohardjo,2008)



BAB III
TINJAUAN KASUS
SOAP PADA NY “L” GIII P10011 UK 42 MINGGU
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
DI PAVILIUN PONEK RSUD JOMBANG

Tanggal pengkajian     : 10-07-2012                                        Tanggal MRS  : 10-07-2012
Jam                              : 10.30 WIB                                        Jam                  : 08.30 WIB
No. Register                : 13-29-73

S : Subjektif
1.      Identitas
Nama               : Ny ”L”                                              Nama suami    : Tn “M”
Umur               : 29 tahun                                            Umur               : 37 tahun
Agama             : islam                                                  Agama             : islam
Suku/bangsa    : jawa/indonesia                                  suku/bangsa     :jawa/indonesia
Pendidikan      : SMP                                                  Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : IRT                                                    Pekerjaan         : pedagang
Alamat            : kesamben                                          Alamat            : kesamben

2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa, hanya mengkhawatirkan keadaan bayinya karena air kawah sudah keluar tanggal 09-07-2012 jam 20.00 WIB.
3.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang kiriman poli kandungan tanggal 10-07-2012 jam 09.00 WIB dengan ketuban pecah dini (KPD) tanggal 09-07-2012 jam 20.00 WIB.
4.      Riwayat kebidanan
a.       Riwayat menstruasi
Menarche              : 13 tahun
Siklus haid            : 28 hari
Teratur/tidak         : teratur
Lama haid             : ± 6 hari
Banyaknya            : 3-4x/ hari ganti softek
Keluhan                 : tidak ada keluhan
b.      Riwayat kehamilan sekarang
Ø  Ibu mengatakan hamil anak ke 3 dengan usia kehamilan 10 bulan, dan ketuban sudah pecah tanggal 09-07-2012 jam 20.00 WIB
HPHT        : 19-09-2011
TP              : 25-06-2012
Umur kehamilan : 42 minggu
Ø  Periksa ANC
TM I         
o   Periksa di bidan 2x
o   Keluhan     : mual, pusing
o   Obat yang didapat : fe, B6, kalk
o   Penyuluhan : istirahat yang cukup, makan sedikit tapi sering, minum tablet tambah darah pada malam hari agar tidak mual.
TM 2
o   Periksa di bidan 3x
o   Keluhan : tidak ada keluhan
o   Obat yang didapat : Fe, kalk
o   Penyuluhan : istirahat yang cukup, pola nutrisi di tambah, minum tablet tambah darah pada malam hari agar tidak mual.
TM 3
o   Periksa di bidan 3x
o   Keluhan : sakit punggung
o   Obat yang didapat : Fe, kalk
o   Penyuluhan : anjurkan minum banyak, pola nutrisi di tambah, istirahat yang cukup
c.       Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Perkawinan ke
Kehamilan
Persalinan
Anak
Nifas
Ke
UK
Jenis
Penolong
Tempat
Penyulit
BB/PB
Jns kel
Penyulit
ASI

1.

2.

3.

1.       

2.
9 bulan

3 bulan
H A M I L I N I  
Spt B


abortus
BIDAN
BPM
-
3000 gr
P
-
+

d.      Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertama ibu menggunakan alat kontrasepsi KB suntik selama 6 bulan.
5.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Nutrisi      
§  Makan : 3x/ hari, porsi sedang, nafsu makan baik, menu : nasi, lauk pauk, sayur, kadang susu.
b.      Istirahat : tidur siang ±2 jam/ hari, malam ±6-7 jam/ hari
c.       Eliminasi
§  BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, ,warna kuning, bau khas
§  BAK 4-5x/ hari, warna kuning jerni, bau khas
d.      Personal hygiene : mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, ganti baju dan pakaian dalam 2x/ hari, keramas 3x seminggu.

O : Objektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum           : baik
Kesadaran                   : composmentis
TTV
TD       : 120/80 mmHg
N         : 88x/ menit
S          : 36,7 C
RR       : 22X/ menit
TB       : 156 cm
BB sebelum hamil : 60 kg
BB saat hamil : 68 kg
LILA   : 27 cm
TFU     : 34 cm
2.      Pemeriksaan fisik khusus
a.       Insfeksi
§  Kepala       : rambut warna hitam, kulit kepal bersih
§  Muka         : tidak pucat, tidak ada oedema
§  Mata          : konjungtiva merah muda, sklera putih
§  Mulut        : tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
§  Leher         : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan vena jugularis
§  Payudara   : puting susu menonjol, areola mamae hyperpigmentasi, payudara tampak bersih
§  Abdomen  : terdapat pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, terdapat linea nigra, tidak ada bekas operasi
§  Genetalia   : terlihat bersih, mengeluarkan lendir bercampur darah, tidak ada keluhan
§  Ekstremitas: tidak ada oedema, terpasang infus Rl pada tangan sebelah kiri
b.      Palpasi
§  Leher        : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
§  Payudara : tidak ada kelainan, tidak nyeri tekan, colostrum –
§  Abdomen
o   Leopold I : TFU : 3 jari bawah Px, UK: 42 minggu, teraba bokong (bulat, lunak, tidak melenting)
o   Leopold II            : bagian kanan ibu teraba punggung janin (panjang, datar, seperti papan), bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin
o   Leopold III : Teraba kepala janin (keras, bulat, melenting)
o   Leopold IV : sudah masuk PAP (disvergen)
c.       Auskultasi
§  Dada         : tidak ada whezing dan ronchi
§  Abdomen : DJJ : (11-11-12)x 4= 136x/ menit
d.      Perkusi
-

A : Analisa Data
Dx       : Ny “L” GIII P10011 UK 42 minggu dengan ketuban pecah dini (KPD)
Ds        : ibu mengatakan hamil anak ke-3 dengan usia kehamilan 10 bulan sudah mengeluarkan ketuban tanggal 09-07-2012 jam 20.00 WIB .
Do       :
§  Keadaan umum           : baik
§  Kesadaran                   : composmentis
§  TTV
TD       : 120/80 mmHg
N         : 88X/ menit
S          : 36,7 C
RR       : 22x/ menit
§  Dada   : terdapat hyperpigmentasi areola mamae dan puting susu menonjol, belum ada pengeluaran ASI
§  Abdomen
o   Leopold I        : TFU : 3 jari bawah Px, UK: 42 minggu, teraba bokong (bulat, lunak, tidak melenting)
o   Leopold II       : bagian kanan ibu teraba punggung janin (panjang, datar, seperti papan), bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin
o   Leopold III : Teraba kepala janin (keras, bulat, melenting)
o   Leopold IV : sudah masuk PAP (disvergen)
DJJ : (11-11-12)x 4 = 136x/ menit
His : -
VT : Belum ada pembukaan
Lakmus : warna merah menjadi biru
Masalah           : -
Kebutuhan      :
o   Konseling kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
o   Kolaborasi dengan tim medis dalam bentuk operasi sesar

P : Penatalaksanaan
1.      10-07-2012
Jam: 10.30 WIB
o   Lakukan pendekatan teraupetik pada ibu
o   Melakukan pendekatan teraupetik pada ibu agar ibu merasa nyaman dan percaya pada petugas kesehatan
o   Ibu merasa nyaman dan dapat percaya pada petugas kesehatan
2.      10-07-2012
Jam: 10.45 WIB
o   Lakukan observasi TTV dan CHPB
o   Melakukan observasi TTV dan CHPB pada ibu dengan ,hasil :
TD : 120/70 mmHg
N : 84X/ menit
RR : 20x/ menit
S : 36,7 C
DJJ : (11-11-12)x4= 140x/ menit
His : -
VT : tanggal 10-07-2012 jam : 10.45 WIB belum ada pembukaan
o   Untuk mengetahui kondisi ibu dan janinnya
3.      10-07-2012
Jam : 11.00 WIB
o   Lakukan konseling pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
o   Melakukan konseling pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu akan dilakukan operasi sesar, inform konsen dengan keluarga
o   Agar keluarga mengetahui dan dapat menyetujui tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
4.      10-07-2012
Jam : 11.30 WIB
o   Kolaborasi dengan tim medis dan dokter
o    Melakukan kolaborasi dengan tim medis dan dokter dalam pemberian terapi :
§  Infus RL
§  Injeksi ceftri 2x 1 mg
§  Pro SC jam 12.30 WIB





BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Asuhan kebidanan SOAP pada Ny “L” GIII P10011 UK 42 minggu dengan ketuban pecah dini telah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny”L” dapat disimpulkan bahwa Ny “L” akan dilakukan operasi secti sesarea, karena kondisi janin yang tidak memungkinkan dilakukan pertolongan persalinan normal.

B.     Saran
1.      Bagi mahasiswa
Mempelajari lebih lanjut tentang teori yang berhubungan dengan asuhan kebidanan dengan KPD, sehingga mampu memberikan asuhan pada Ny”L” secara komperhensif.
2.      Bagi petugas kesehatan
Petugas memberikan asuhan komperhensif secara tepat, aman dan cepat.









DAFTAR PUSTAKA

·         Prawirohardjo, sarwono. 2008. ILMU KEBIDANAN. PT bina pustaka sarwono praworohardjo, jakarta.